KALAU MALAS MEMBACA TONTON VIDEONYA DI SINI
Kalian pasti sering mendengar istilah “yang kaya makin kaya, yang miskin makin sengsara.” Nah, istilah ini bukan sekadar omong kosong, melainkan sebuah realita yang semakin terasa di kehidupan sehari-hari kita. Mulai 2025, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan naik menjadi 12%. Pemerintah bilang ini demi stabilitas APBN, demi negara, dan demi kita semua. Tapi, mari kita tanya: siapa yang sebenarnya menjadi korban dari kebijakan ini? Jawabannya adalah kelas menengah, yang merupakan tulang punggung negara ini.
Pajak dan Gaji: Kenapa Harus Selalu Dipotong?
Setiap bulan, gaji kalian langsung dipotong pajak penghasilan oleh HRD tanpa ada negosiasi. Rasanya seperti gaji yang sudah susah payah kalian dapatkan, tiba-tiba berkurang begitu saja. Belum cukup, sekarang belanja kebutuhan sehari-hari pun akan dikenakan tambahan 12%. Bayangkan, listrik, beras, minyak goreng, atau bahkan kecap pun harus dibayar lebih.
Coba kita lihat contoh seorang karyawan biasa yang gajinya Rp2 juta per bulan. Dari situ, mereka harus membayar kontrakan, listrik, makan, sekolah anak, dan lain-lain. Dengan kenaikan PPN, pengeluaran mereka otomatis ikut naik. Jika sebelumnya bisa makan tiga kali sehari, sekarang mungkin hanya dua kali. Jika dulu bisa menabung untuk pendidikan anak, kini menabung pun mungkin hanya tinggal mimpi.
Kelas Menengah: Siapa yang Paling Tertekan?
Kelas menengah adalah kelompok yang paling tertekan dengan kebijakan ini. Mereka adalah orang-orang yang bekerja keras setiap hari, tetapi tetap merasa terjepit oleh biaya hidup yang terus meningkat. Kenaikan PPN ini seperti menambah beban di pundak mereka. Sementara itu, bagaimana dengan mereka yang penghasilannya jauh di atas rata-rata? Kenaikan PPN 12% tidak akan membuat mereka berhenti membeli barang-barang mewah. Pengeluaran mereka tidak akan terasa, mau 12% atau 15%, itu hanya angka kecil bagi mereka.
Kenaikan ini jauh lebih berat bagi orang-orang yang hidupnya pas-pasan, di mana setiap rupiah sangat berarti. Mereka yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan merasakan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan orang-orang kaya yang tidak merasakan efek dari kenaikan pajak ini.
Ekonomi Bayangan: Siapa yang Sebenarnya Membayar Pajak?
Mari kita bicara tentang yang tidak terlihat, yaitu ekonomi bayangan. Kita berbicara tentang petani yang tiap panen mendapatkan untung ratusan juta, tetapi semua transaksinya dilakukan secara tunai. Kita juga berbicara tentang pedagang kaki lima yang tampak sederhana, tetapi sebenarnya memiliki omzet besar. Misalnya, tukang sate dengan tiga cabang di kota besar yang setiap tahun membeli Pajero baru, tetapi tidak membayar pajak.
Sementara itu, kalian yang bekerja kantoran harus terus-menerus membayar pajak. Apakah ini adil? Tentu saja tidak. Subsidi pupuk dinikmati oleh mereka yang tidak terdata, dan subsidi BBM sering kali salah sasaran. Namun, kalian yang jelas-jelas membayar pajak setiap bulan justru yang paling merasakan dampak dari kenaikan PPN ini.
Ketidakadilan dalam Sistem Pajak
Mari kita lihat ke atas, orang-orang kaya di negeri ini memiliki cara untuk menghindari beban pajak. Ada konsultan pajak yang membantu mereka mencari celah hukum, serta trik untuk memindahkan aset ke luar negeri. Sementara itu, kalian yang gajinya dipotong otomatis tidak memiliki keleluasaan yang sama. Ini adalah ketidakadilan yang harus kita hadapi.
Kenaikan PPN ini terjadi bukan tanpa alasan. Pemerintah membutuhkan uang setelah pandemi COVID-19, di mana keuangan negara mengalami tekanan hebat, hutang menumpuk, dan subsidi besar-besaran harus dibayar. Namun, apakah menaikkan PPN adalah solusi? Mungkin iya, tetapi dengan konsekuensi yang besar.
PPN: Pajak yang Regresif
PPN adalah pajak yang regresif, artinya semua orang terkena dampak tanpa pandang bulu, dari yang miskin hingga yang kaya, semuanya membayar dengan persentase yang sama. Bedanya, bagi mereka yang berpenghasilan tinggi, kenaikan ini tidak terasa, tetapi bagi mereka yang hidup pas-pasan, ini bisa menjadi pukulan berat.
Masalahnya, kenaikan PPN 12% bukanlah solusi untuk semua. Kita membutuhkan reformasi yang lebih luas. Ekonomi bayangan yang selama ini teraba harus mulai terdata. Petani besar, pedagang besar, bahkan pengusaha kecil dengan omzet miliaran harus mulai berkontribusi. Ini bukan soal mengejar mereka yang bekerja keras, tetapi soal keadilan. Jika kelas menengah dan bawah terus diperas, sampai kapan negara ini bisa bertahan?
Reformasi Pajak: Solusi yang Diperlukan
Pemerintah mengklaim ini adalah solusi terbaik, tetapi benarkah? Apakah tidak ada cara lain selain membebankan rakyat biasa? Ada banyak sektor yang bisa dioptimalkan. Ekonomi bayangan harus dijangkau, dan transaksi tunai besar-besaran harus mulai dikontrol. Jika semua transaksi sudah digital, setiap penghasilan bisa dilacak dan setiap transaksi bisa dikenakan pajak. Namun, ini membutuhkan keberanian untuk melakukannya.
Kita juga perlu keberanian untuk menindak mereka yang selama ini bebas pajak, entah itu pedagang besar, petani kaya, atau bahkan pejabat korup. Jika tidak, selamanya beban ini akan terus jatuh ke pundak kelas menengah. Kenaikan PPN 12% ini bukan sekadar angka; ini adalah simbol dari bagaimana negara memperlakukan rakyatnya.
Dampak Kenaikan PPN bagi Masyarakat
Bagi kalian yang hidup pas-pasan, kenaikan ini adalah beban tambahan. Bagi mereka yang kaya raya, ini mungkin tidak ada artinya. Dan bagi mereka yang hidup di ekonomi bayangan, bahkan mungkin tidak terasa. Kita tidak menolak pembangunan negara, tetapi kita ingin keadilan.
Jika pemerintah serius ingin memperbaiki keuangan negara, reformasi pajak harus menyentuh semua lapisan masyarakat. Jangan lagi kelas menengah yang menjadi korban, sementara yang lain hidup bebas dari kewajiban.
Kesimpulan: Mencari Keadilan dalam Kebijakan Pajak
Kenaikan PPN ini adalah isu yang sangat penting dan harus menjadi perhatian kita semua. Kita perlu bersuara dan meminta keadilan dalam sistem pajak. Jangan biarkan kelas menengah terus menjadi korban dari kebijakan yang tidak adil. Mari kita dorong pemerintah untuk melakukan reformasi yang lebih luas dan memastikan bahwa semua lapisan masyarakat berkontribusi secara adil.
Dengan begitu, kita bisa menciptakan sistem yang lebih baik untuk semua, di mana setiap orang, dari yang kaya hingga yang miskin, memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari pembangunan negara. Keadilan adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik bagi kita semua.