Eric Cantona, lahir pada 24 Mei 1966, di Marseille, Prancis, adalah salah satu pemain sepak bola paling ikonik dalam sejarah olahraga. Dikenal karena kombinasi bakat luar biasa, gaya bermain flamboyan, dan karakter yang penuh kontroversi, Cantona telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di dunia sepak bola, terutama selama masa jaya bersama Manchester United. Kisahnya adalah perpaduan antara kegilaan, kejeniusan, dan semangat yang tak tergoyahkan.
Awal Kehidupan dan Karier
Eric Cantona lahir dalam keluarga seniman, dengan ayahnya, Albert, seorang pelukis, dan ibunya, Eleonor, keturunan Spanyol yang mengungsi ke Prancis selama Perang Dunia II. Sejak kecil, Cantona menunjukkan minat yang besar terhadap sepak bola. Ia memulai karirnya di klub lokal, SO Caillolais, sebelum bergabung dengan klub profesional Auxerre pada tahun 1983.
Debut Cantona di Auxerre terjadi ketika ia berusia 17 tahun. Namun, perjalanan awalnya tidaklah mulus. Ia sering terlibat dalam insiden kontroversial, termasuk meludahi seorang wasit dalam pertandingan yang membuatnya harus menjalani hukuman. Meskipun demikian, bakatnya yang luar biasa tidak bisa diabaikan, dan ia segera menjadi sorotan di dunia sepak bola Prancis.
Perjalanan di Prancis
Setelah Auxerre, Cantona bermain untuk beberapa klub, termasuk Marseille, Bordeaux, dan Montpellier. Meskipun ia memiliki bakat yang sangat besar, sikapnya yang pemberontak sering kali membuatnya terlibat dalam masalah. Di Marseille, ia terlibat dalam perkelahian dengan rekan setimnya dan sering berselisih dengan pelatih. Meskipun demikian, ia berhasil membantu Marseille meraih gelar Ligue 1.
Pada tahun 1991, Cantona membuat keputusan yang mengejutkan dengan pensiun dari sepak bola pada usia 25 tahun setelah mendapat larangan bermain. Namun, keputusan ini tidak bertahan lama, dan ia kembali ke lapangan dengan dukungan Michel Platini, yang menyarankan agar ia beralih ke Liga Premier Inggris.
Kebangkitan di Inggris
Kehidupan baru Cantona dimulai ketika ia bergabung dengan Leeds United pada tahun 1992. Dalam waktu singkat, ia berhasil mencetak gol dan membantu Leeds meraih gelar Liga Premier. Namun, nasib baiknya tidak bertahan lama di Leeds, dan dalam waktu yang singkat, ia pindah ke Manchester United.
Pada November 1992, Cantona bergabung dengan Manchester United dengan biaya transfer yang relatif kecil. Di bawah asuhan Sir Alex Ferguson, Cantona segera menjadi bagian penting dari tim. Ia membawa gaya bermain yang unik dan kepercayaan diri yang tinggi. Dalam waktu singkat, Cantona membantu United meraih gelar Liga Premier pertama mereka dalam 26 tahun, menjadikannya sebagai puzzle yang hilang bagi tim yang sedang berjuang.
Kontroversi dan Kejayaan
Meskipun Cantona menikmati kesuksesan di lapangan, ia tidak pernah jauh dari kontroversi. Salah satu insiden paling terkenal adalah ketika ia melakukan tendangan kungfu kepada seorang penggemar Crystal Palace pada tahun 1995. Tindakan ini mengakibatkan larangan bermain selama sembilan bulan dan menciptakan gelombang reaksi di seluruh dunia sepak bola. Meskipun demikian, Cantona tetap menjadi favorit penggemar, dan banyak yang melihatnya sebagai simbol keberanian dan individualitas.
Setelah kembali dari larangan, Cantona kembali menunjukkan kelasnya di lapangan. Ia membantu Manchester United meraih gelar Liga Premier dan Piala FA, dan pada tahun 1996, ia dianugerahi PFA Player of the Year, menjadi pemain asing pertama yang meraih penghargaan tersebut.
Pensiun dan Warisan
Pada tahun 1997, di usia 30 tahun, Cantona mengejutkan dunia sepak bola dengan mengumumkan pensiun dari sepak bola profesional. Keputusan ini mengejutkan banyak orang, tetapi Cantona menjelaskan bahwa ia merasa kehilangan semangat dan tidak ingin terjebak dalam rutinitas yang monoton. Meskipun pensiun dini, warisan Cantona sebagai “Raja” Manchester United tetap hidup. Ia dikenal sebagai salah satu pemain paling berpengaruh dalam sejarah klub, yang membantu membangun fondasi kesuksesan yang akan datang bagi United.
Setelah pensiun, Cantona menjelajahi karir di dunia film dan menjadi duta untuk berbagai kegiatan sosial. Ia tetap terlibat dalam sepak bola, memberikan pandangan dan dukungannya untuk Manchester United. Meskipun telah meninggalkan lapangan, pengaruhnya dalam dunia sepak bola tetap terasa.