Ria Norsan, mantan Wakil Gubernur Kalimantan Barat dan kader terbaik Partai Golkar, menjadi menarik setelah berhasil mengalahkan Sutarmidji dalam Pilkada Kalimantan Barat. Beliau mendapat sorotan setelah pemecatannya yang mengejutkan.
Setelah 30 tahun mengabdi di partai, Ria Norsan dipecat dari posisi Ketua Dewan Pertimbangan DPD Golkar Kalbar oleh anaknya sendiri, Arief Rinaldi, yang merupakan pengurus Partai Golkar di Kalimantan Barat. Pemecatan ini terjadi setelah Ria Norsan diusulkan sebagai calon gubernur oleh Partai Golkar, namun partai tersebut kemudian memutuskan untuk tidak mengusungnya.
Awal Karir dan Dukungan Partai
Ria Norsan bergabung dengan Partai Golkar sejak 15 tahun lalu ketika ia maju sebagai calon bupati Mempawah. Selama karirnya, ia berhasil membangun reputasi yang kuat dan mengantarkan keluarganya, termasuk istri dan anak-anaknya, untuk turut aktif dalam politik. Pada April 2024, Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto memutuskan untuk mengusung Ria Norsan sebagai calon gubernur. Namun, hubungan antara Ria Norsan dan gubernur petahana, Sutarmidji, mulai memanas karena ambisi Sutarmidji untuk melanjutkan kepemimpinannya.
Perubahan Arah Partai Golkar
Setelah serangkaian lobi politik, kepemimpinan Partai Golkar beralih ke Bahlil Lahadalia, yang dekat dengan Presiden Jokowi. Golkar kemudian bergabung dalam koalisi KIM Plus, yang berambisi untuk menciptakan skenario melawan kotak kosong di berbagai Pilkada. Pada tanggal 26 Agustus 2024, Golkar memutuskan untuk tidak mengusung Ria Norsan dan malah mendukung pasangan Sutarmidji dan mantan Kapolda Kalimantan Barat, Didi Haryono.
Pemecatan yang Menyakitkan
Ria Norsan merasa terkhianati oleh partai yang telah ia besarkan. Ketika ia protes atas dibatalkannya surat rekomendasi untuknya, ia malah dipecat dari Partai Golkar. Ironisnya, pemecatan tersebut dibacakan oleh anaknya sendiri, Arief Rinaldi. Ria Norsan menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan upaya untuk menjatuhkan psikisnya. Ia mengungkapkan rasa sakitnya, mengingat pengabdian panjangnya di partai.
Kebangkitan Ria Norsan
Setelah pemecatan tersebut, Ria Norsan mendapatkan dukungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang mengusungnya sebagai calon gubernur. Ia dipasangkan dengan Krisantus Kurniawan, kader PDI-P. Meskipun belum ada pengumuman resmi dari KPU, hasil quick count menunjukkan bahwa Ria Norsan unggul dalam Pilkada Kalimantan Barat, mengalahkan Sutarmidji yang didukung oleh koalisi KIM Plus.
Tantangan dan Strategi Politik
Sutarmidji, sebagai gubernur petahana, memanfaatkan semua sumber daya yang ada, termasuk dukungan dari mantan presiden, partai KIM Plus, para pejabat yang dekat dan diangkatnya sebelumnya dan juga tentu saja istri yang menjabat sebagai ketua PKK. Namun, masyarakat Kalimantan Barat, terutama masyarakat Dayak, mulai bersatu dan menolak upaya pemecahan suara yang dilakukan oleh Sutarmidji dengan mengusung calon boneka.
Namun Ria Norsan tidak gentar. Apalagi Lasarus, yang awalnya digadang-gadang sebagai calon tunggal dari PDI-P, memilih untuk mundur dan memberi peluang kepada Krisantus Kurniawan, walau hanya sebagai Wakil Gubernur. Keputusan ini diambil untuk menjaga persatuan di kalangan masyarakat Dayak dan memastikan bahwa perwakilan mereka tetap ada dalam kepemimpinan Kalimantan Barat. Terlebih lagi melihat bahwa elektabilitas Ria Norsan dapat diterima di banyak kalangan.
Ria Norsan bergerak taktis. Menggunakan media sosial dan jaringan yang telah mendukungnya sekian lama, beliau dapat meraih sedikit demi sedikit masyarakat yang bersedia berjuang bersamanya. Segala isyu dan kampanye hitam yang menimpanya tidak menciutkan semangat untuk bisa memenangkan pilkada kali ini.
Salah satunya yang terlontar dari Maman Abdurahman, Ketua DPD Golkar Kalimantan Barat. Ironi sekali, padahal dahulunya Maman ini berjuang untuk bisa menyatukan Ria Norsan, mantan Ketua DPD Golkar Kalimantan Barat sebelumnya, dengan Sutarmidji.
Menurut Maman, Ria Norsan saat itu lebih kepada pertimbangan pada posisi menjadi apa dan mendapatkan apa, baik secara pribadi maupun untuk kepentingan keluarganya.
“Kalau Pak Norsan kemarin itu berbeda, ini harus saya sampaikan apa adanya, supaya kita bisa utuh melihat persoalan ini. Kalau Pak Norsan, dalam perspektif pribadi dan keluarga, silakan lah diterjemahkan, karena ada deal-deal, saya harus dapat ini, harus begini, proyek ini, program ini segala macam, akhirnya masuk itu kepentingan pribadi, keluarga, proyeknya, programnya, bagaimana segala macam 5 tahun kedepannya, akhirnya tidak ketemu (dengan Sutarmidji),” Demikian ungkapnya dalam salah satu wawancara.
Belum lagi masalah soal tuduhan keterlibatan Ria Norsan di kasus korupsi Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Darat (BP2TD) Mempawah.
Norsan secara tegas menyatakan jika dia tak terlibat dalam kasus tersebut. Kehadirannya dalam persidangan yang bergulir pada 2023 lalu hanya sebatas saksi. Kasus ini telah inkrah, dia bukan tersangka.
Norsan membeberkan perjalanan kasus tersebut. Proyek BP2TD itu dimulai pada tahun 2014 semasa dirinya menjabat Bupati Mempawah. Kemudian pada 2016 terdapat sekitar enam paket proyek yang turun di BP2TD.
Setelah kasus ini mencuat, dia mengatakan isu-isu terus digulirkan menyudutkannya dengan tuduhan keterlibatan korupsi di BP2TD. Namun, dengan tabah Norsan melalui proses hukum hingga akhir persidangan.
“Kasus digoreng oleh media itu luar biasa. Saya ikuti prosesnya, apapun kata media dan lain sebagainya, saya ikuti,” kata Norsan.
Sebagai warga negara yang baik dan menghormati hukum, Norsan pun bersedia untuk menghadiri proses persidangan. Dia dipanggil untuk dimintai keterangan sebagai saksi dalam kasus tersebut.
“Jadi, waktu itu saya diperiksa sebagai saksi. Jelas, ya sebagai saksi. Kurang lebih berapa kali saya dipanggil kurang lebih empat kali saya sebagai saksi, dipinta semua keterangan,” ujarnya.
Sidang pun akhirnya bergulir, setelah putusan keluar dari Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Pontianak, diputuskan Erry Iriansah dihukum. Putusan ini telah inkrah dan Norsan tak terbukti bersalah.
“Putusannya inkrah, saya sampai hari ini bebas dan barang saya yang disita sudah dikembalikan. Termasuk rekening saya yang diblokir, sudah dibuka semua. Dan ini sudah berjalan sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu,” katanya.
Akhirnya Ria Norsan yang ramah dan murah senyum ini bisa memenangkan pilkada Kalimantan Barat dengan perolehan suara yang cukup jauh dari Sutarmidji.
“Saya tidak mau membalas. Ingat dalam hidup kita, kalau kita bisa memberikan yang terbaik, berikan. Orang memberi kita racun, jangan dibalas. Usahakan balas dengan madu. Insyaallah kita tidak sendiri, Yang Mahu Kuasa Tetap bersama kita kalau kita benar,” pungkasnya.
Kisah Ria Norsan adalah contoh nyata dari dinamika politik yang penuh intrik dan pengkhianatan. Meskipun diabaikan oleh partainya sendiri, ia berhasil bangkit dan mendapatkan dukungan dari PDI-P. Dengan dukungan rakyat dan strategi politik yang tepat, Ria Norsan menunjukkan bahwa perjuangan untuk keadilan dan representasi tidak akan pernah padam.
Selamat untuk rakyat Kalimantan Barat dan PDI-P atas keberhasilan ini, serta harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Kalimantan Barat.