Konflik di Suriah yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade telah melibatkan berbagai aktor internasional, termasuk Turki. Turki, di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdoğan, telah mengambil langkah aktif dalam dinamika konflik ini dengan menempatkan pasukannya di Suriah dan mendukung kelompok-kelompok oposisi, termasuk Syrian National Army (SNA) dan Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Makalah ini bertujuan untuk menganalisis tujuan Turki dalam membangun kekuatan di Suriah dan alasan di balik dukungannya terhadap kelompok oposisi, terutama dalam konteks ancaman yang ditimbulkan oleh pejuang Kurdi.
Etnis Kurdi dan Aspirasi Negara Merdeka
Etnis Kurdi merupakan salah satu kelompok etnis terbesar di Timur Tengah, dengan populasi yang tersebar di Turki, Irak, Iran, dan Suriah. Aspirasi mereka untuk mendirikan negara merdeka, Kurdistan, telah menjadi sumber ketegangan di kawasan ini. Sejarah perjuangan Kurdi untuk mendapatkan otonomi dan pengakuan telah menyebabkan konflik dengan negara-negara tempat mereka tinggal, terutama Turki, yang khawatir akan munculnya negara Kurdi yang merdeka di perbatasannya.
Peran Turki dalam Konflik Suriah
Turki terlibat dalam konflik Suriah dengan tujuan utama untuk menangkal upaya pejuang Kurdi yang berusaha mendirikan negara otonomi. Turki mendukung SNA, yang merupakan kelompok oposisi yang didominasi oleh elemen-elemen yang sejalan dengan kepentingan Ankara. Selain itu, Turki juga memberikan dukungan kepada HTS, yang memiliki tujuan yang sama dalam meruntuhkan rezim Bashar al-Assad.
Tujuan Turki dalam Membangun Kekuatan di Suriah
A. Menangkal Ancaman Kurdi
Salah satu tujuan utama Turki dalam membangun kekuatan di Suriah adalah untuk menangkal ancaman yang ditimbulkan oleh pejuang Kurdi, terutama yang tergabung dalam Syrian Democratic Forces (SDF). SDF, yang didukung oleh Amerika Serikat, berusaha untuk membangun wilayah otonomi Kurdi di Suriah. Jika SDF berhasil mendirikan negara merdeka, hal ini dapat memicu gerakan serupa di dalam wilayah Turki yang dihuni oleh etnis Kurdi.
B. Menciptakan Zona Penyangga
Dengan mendukung SNA dan menguasai wilayah perbatasan antara Turki dan Suriah, Turki berusaha menciptakan zona penyangga untuk mencegah infiltrasi pejuang Kurdi ke dalam wilayahnya. Ini juga memberikan akses bagi Turki untuk mengembalikan pengungsi Suriah yang melarikan diri ke Turki akibat perang saudara.
C. Menggulingkan Rezim Assad
Turki juga memiliki kepentingan dalam menggulingkan rezim Bashar al-Assad. Meskipun tujuan utama Turki adalah untuk mengatasi ancaman Kurdi, dukungan terhadap kelompok oposisi seperti SNA dan HTS juga sejalan dengan keinginan Ankara untuk melihat perubahan rezim di Suriah.
SNA, yang merupakan gabungan dari berbagai kelompok oposisi, mendapatkan dukungan militer dan finansial dari Turki. Kelompok ini berfungsi sebagai alat bagi Turki untuk melawan pengaruh Kurdi di Suriah dan menjaga stabilitas di perbatasan.
Meskipun HTS memiliki agenda yang berbeda, Turki melihat potensi dalam menjalin kerja sama dengan kelompok ini untuk mencapai tujuan bersama dalam melawan Kurdi. Namun, hubungan ini juga menimbulkan kontroversi, mengingat HTS memiliki hubungan yang rumit dengan kelompok-kelompok jihadis dan kepentingan regional lainnya.
Turki terlibat dalam konflik Suriah dengan tujuan utama untuk menangkal ancaman yang ditimbulkan oleh pejuang Kurdi dan menciptakan zona penyangga di perbatasan. Dukungan terhadap kelompok oposisi seperti SNA dan HTS merupakan bagian dari strategi Ankara untuk mencapai tujuan tersebut. Meskipun dukungan ini dapat dilihat sebagai upaya untuk menggulingkan rezim Assad, fokus utama Turki tetap pada pengendalian gerakan separatis Kurdi. Ke depan, kebijakan Turki terhadap etnis Kurdi, baik di dalam maupun luar negeri, akan terus menjadi perhatian utama dalam dinamika konflik di Suriah.
