Punya banyak masalah hidup?
Salah satu akar masalah itu adalah dosa.
Jadi itu akar masalahnya kita itu adalah dosa.
Kadang kita mengingkari.
“Aku tuh ditipu sama temanku”
“Iya ngerti”
“Aku ditipu, dia yang salah bukan aku yang salah.”
“Iya ngerti. Tapi dari banyak orang, kenapa kamu yang ditipu sama dia?”
“Gitu ya? Mungkin aku polos.”
“Orang yang polos banyak gitu loh. Kenapa kamu yang ditipu sama dia? Gini aja. Nggak ada yang kebetulan di dunia. Kita kan yakin Allah itu pengatur seluruh alam semesta pasti ada alasan kenapa kita yang kena? Kenapa nggak yang lain?”
Itulah pembalasan atas dosa-dosa kita. Coba kita renungkan, kita buat dosa, apa kita buat kesalahan, apa kita buat kekhilafan.
Apa dosa itu punya kemampuan mengundang masalah ke diri kita.
Makanya Nabi Yunus itu ketika punya masalah besar terperangkap di dalam perut ikan terperangkap di dalam perut ikan dan kalau ikan itu muntahkan itu bukan masalah selesai, tambah masalah lagi dia ada di laut yang tidak tahu kedalamannya berapa. Dan kalau kedalamannya dalam sekali maka percuma juga dimuntahkan. Pasti mati.
Juga lihat doa beliau “lailahailla anta subhanaka inni kuntu minzalimin”
Ini kuntu minalimin tuh, aku termasuk orang-orang yang zalim.
Jadi gara-gara dosaku itu itu seorang nabi bisa punya masalah. Yang diingat dosa sama Nabi Yunus, dan menariknya kepada masalah. Ini masalah Nabi Yunus itu nggak berkaitan dengan bencana alam, nggak berkaitan dengan penyakit tapi berkaitan dengan umat beliau yang membangkang, yang nggak mau diatur, yang pada akhirnya membuat beliau itu mundur dan cari tempat baru. Lalu naik kapal kemudian ada badai lalu terlempar ke laut.
Maksudnya gini loh, kita itu lebih mudah ingat dosa kalau ada musibah. Jika musibahnya berbentuk penyakit, kita mudah mengintrospeksi dosa kita. Jika ada musibah yang bentuknya bencana alam? Kenapa? Karena kalau musibahnya seperti itu nggak ada yang bisa disalahin dan tidak ada yang bisa disalahkan.
Tapi kalau musibahnya dizalimi orang, ditipu orang, dicaci maki orang, dibully oleh orang, dipermainkan oleh orang, susah kita menyalahkan diri sendiri. Susah.
Kenapa? Karena secara kasat mata jelas siapa yang zalim pada dalam kasus tersebut. Siapa yang zalim ya teman kita, dia yang nipu duit kita gitu lho. Beda sama penyakit mau menyalahkan siapa coba? Dokter saja pasti menyalahkan kita.
“Ini gara-gara pola makan, ini masalah malas mandi, bla bla bla.”
Tapi kalau misalnya masalahnya adalah ditipu, dibully, dicaci dimaki, dighibahi, difitnah, lalu karakter kita dibunuh, itu susah tuh menyalahkan diri sendiri. Susah karena yang jadi kambing hitam sudah depan muka kita. Orang yang menzalimi kita nampak.
Nabi Yunus dapat masalah seperti ini tidak gitu lho. Yang menjadi awal masalahnya itu umat beliau. Coba kalau umat beliau nerima ajarannya. Coba kalau umat beliau beriman. Coba kalau umat beliau nurut dan taat. Tidak mungkin dong kalau nabi berpikiran untuk resign gitu lalu berpetualang pergi. Lalu naik kapal, lalu kelempar dan seterusnya.
Nabi Yunus tapi nggak mau menyalahkan umatnya, karena bukan itu konsepnya. Konsepnya kalau ada masalah “inni kuntu minadzalimin”
Makanya kita nih banyak masalah begini karena menyalahkan orang, sebab nggak mudah memang kalau ada masalah kita menyalahkan diri sendiri.
Susah.