Mumpung hari ini hari Jum’at. Bolehlah posting sedikit ‘khutbah’, ya.
Marilah kita mulai dengan bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang Allah berikan dan limpahkan kepada kita. Atas karunia yang Allah tidak henti-hentikan dan Allah tidak pernah hentikan kepada kita.
“Dan Jika kalian ingin menghitung nikmat-nikmat Allah maka kalian tidak akan mampu bisa menghitungnya”
Nikmat yang harus kita syukuri pertama kali adalah nikmat hidayah, nikmat yang Allah firmankan dan Nabi SAW sebutkan sebagai nikmat yang paling mewah sehingga ketika Nabi SAW membuka sebuah majelis atau khotbah seperti khutbah Jum’at setiap kali. Beliau menyampaikan, “Barang siapa yang Allah berikan hidayah maka tidak ada akan bisa siapapun yang menyesatkan dia.”
Kalau Allah sudah kasih hidayah, jika semua makhluk ingin menyesatkan tidak akan bisa hadir kalau Allah kasih hidayah. Contohnya Salman Al Farisi di Persia itu sampai ke Kota Madinah dan menjadi sahabat Rasulullah SAW.
“Dan apabila Allah sesatkan maka tidak ada yang bisa memberikan hidayah” seperti kepada Abu Lahab paman Rasulullah SAW, satu kota dengan Nabi SAW, tapi Allah tidak kasih hidayah kepada dia. Maka tidak ada yang bisa memberikan hidayah, bahkan Nabi Muhammad tidak bisa memberikan hidayah taufik kepada orang yang dia cintai, tapi Allah yang memberikan hidayah kepada orang yang Allah pilih.
Oleh karena itu sobat, saat berkumpul pada siang Jumat, bukan karena sehatnya fisik kita. Di luar sana ada ribuan orang sehat, makan bahkan mungkin lebih sehat dari kita, tapi tidak bisa duduk di salah satu rumah-rumah Allah untuk mengikuti khutbah dan salat Jumat berjamaah.
Orang pergi shalat jumat bukan karena kecerdasannya. Ada banyak orang yang lebih cerdas dari kita tidak shalat zuhur, tidak shalat Maghrib, tidak shalat Ashar, tidak salat Jumat dan lain sebagainya.
Orang ke masjid karena Allah SWT memberikan hidayah.
Maka pertanyaannya bagaimana kita mensyukuri nikmat hidayah tersebut? Kalau makan dan minum, hewan pun Allah memberikan makan dan minum.
Oleh karena itu marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang Allah berikan kepada kita karena ini adalah taufik dan hidayah dari Allah SWT. Salam dan doa, semoga senantiasa tercerahkan kepada Rasulullah beserta para keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang istikamah berjalan di bawah naungan sunnah beliau sampai hari kiamat kelak.
Mudah-mudahan pula kita semua senantiasa bertakwa kepada Allah, dengan takwa yang sejati dan janganlah kita wafat kecuali dalam kondisi beriman kepada Allah.
Timbul pertanyaan bagaimana kita bisa tahu sedangkan kita tidak pernah tahu kapan kita wafat. Kaidah para ulama mengatakan; “Barang siapa yang hidup dengan pola tertentu maka kemudian besar dia akan diwafatkan dengan pola tersebut.” Dan begitulah hukum umum yang terjadi di dunia ini. Seseorang secara umum akan diwafatkan sesuai dengan pola dia yang dia bangun dalam kesehariannya. Betapa banyak orang yang meninggal di tempat-tempat maksiat. Kenapa? Karena rutin dia pergi ke sana. Ada banyak orang meninggal dengan harta haram. Kenapa?Karena pola dalam hidupnya adalah memakan harta haram. Ada orang meninggal dalam kondisi sujud, karena dalam hidupnya polanya adalah beribadah dan sujud kepada Allah SWT. Ada orang meninggal dalam kondisi talbiah pada saat haji atau umrah, karena pola dia walaupun itu adalah umrah pertamanya atau haji pertamanya, tapi polanya selama ini adalah senantiasa menyambut seruan-seruan Allah SWT, dan kalimat talbiah artinya adalahsaya sambut seruan dan undanganmu Ya Allah SWT.
Barang siapa yang hidup dengan pola tertentu kemungkinan besar dia akan diwafatkan dengan pola tersebut oleh karena itu sobat sekalian, jagalah pola kita. Kita tidak pernah tahu kapan kita wafat. Kita tidak bisa menentukan kapan kita wafat. Tapi kita bisa memilih dengan pola apa kita hidup kita bisa menentukan dengan taufik Allah SWT. Pola apa yang kita akan gunakan? Apakah pola yang Allah cintai atau pola yang dibenci oleh Allah SWT.
Marilah kita meminta pertolongan kepada Allah dan memutuskan keputusan yang tepat dalam kehidupan kita. Hidup hanya sekali maka pastikan ini di jalan Allah SWT. Karena opsi hanya dua, kalau tidak ke jalan Allah atau ke jalan setan. Opsi hanya dua ke surga atau ke neraka, tidak ada opsi ketiga. Nabi SAW mengatakan setiap manusia akan melangkah dan akan berjalan. Detik-detik itu tidak pernah berhenti. Menit demi menit itu tidak pernah berhenti. Kita akan terus beraktivitas, kita akan terus berjalan, namun yang membedakan adalah bagaimana setiap manusia akan berjalan. Ada seseorang yang kehidupannya ia gunakan untuk membebaskan dirinya dari api neraka dan sebagian orang yang kehidupannya dia gunakan untuk menjerumuskan dia ke dalam api neraka. Maka ambillah pelajaran.
Bagi orang-orang yang memiliki akal sehat apakah hidup kita diarahkan untuk menuju surga Allah SWT atau sebaliknya hidup kita disetting dengan kewarasan dan kesadaran kita menuju ke neraka Allah SWT.
Kita mengerti Allah memberikan akal sehat kepada diri kita. Kita tahu ini jalan menuju ke mana. Oleh karena itu pastikan jalan itu adalah jalan Allah SWT dan jalan itu adalah jalan ketakwaan.
Maka Allah mengatakan “Fala tamutunna illa waantum muslimun” yang artinya dan janganlah engkau wafat kecuali di dalam jalan Allah SWT. Dengan cara apa? Ya dengan cara menset pola kehidupan. Karena Allah tidak zalim “Aku telah haramkan kezaliman untuk diriku”
Allah juga berfirman di dalam surah Ali Imran ayat 182 tidak mungkin menzalimi hamba-hambanya kalau kita dengan jujur dan tulus membangun pola kebaikan, lalu wafat dengan kemaksiatan, maka itu kezaliman namanya hadir. Dan Allah janjikan Allah gak mungkin zalimi hambanya. Allah tidak mungkin zalimi kita.
Allah telah haramkan kezaliman untuk dirinya untuk perbuatan-perbuatannya SWT, untuk sikap dan takdirnya. Allah tidak mungkin menzalimi hamba-hambanya sama sekali. Kita berbuat baik kita akan memanen kebaikan tersebut. Kalau kita berbuat buruk, bumerang akan menimpa. Itu yang kita tuai dari apa yang kita tanam selama ini, itu yang kita panen dari apa yang kita tanam selama inil.
Oh karena itu marilah kita tanamkan yang benar di dalam kehidupan kita dan kita bertakwa hanya kepada Allah. Karena dengan takwa, Allah akan memberikan kita jalan keluar dan Allah akan memberikan kita rezeki dari arah yang tidak kita sangka-sangka.
“Barang siapa yang bertakwa maka Allah akan berikan jalan keluar dari setiap masalahnya dan Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak ia duga-duga.”
Bukankah hidup itu adalah kumpulan masalah kita, dan itu yang disampaikan Nabi SAW dalam haditsnya. Ketika Nabi SAW membuat garis untuk menjelaskan bahwa kehidupan adalah berpindah dari masalah pertama menuju masalah kedua. Lalu menyelesaikan masalah kedua untuk bertemu masalah ketiga. Lalu menyelesaikan masalah ketiga untuk berhadapan dengan masalah keempat. Dan begitu seterusnya sampai kita berhadapan dengan masalah yang tidak ada solusi sama sekali di dunia, yaitu kematian kita.
Kehidupan adalah kumpulan dari masalah sehingga ketakwaan adalah kebutuhan bukan paksaan tidak ada paksaan dalam agama.
Kita yang punya masalah kita yang berhadapan dengan masalah demi masalah bahkan tidak perlu menunggu 24 jam untuk bertemu dengan masalah kedua. Cukup kita kita berada di hari yang sama kita ketemu masalah kedua, masalah ketiga, masalah keempat, masalah kelima dan seterusnya. Bahkan kita pulang ke rumah seringkali bukan menyelesaikan masalah.
Ada banyak suami tidak mau pulang ke rumahnya secepat mungkin. Kenapa? Masalah semakin ribet ketika bertemu dengan orang rumah. Bukankah kita yang punya masalah? Terus menghindari agar tidak menambah masalah. Sayang kadang caranya salah.
Mudah-mudahan Allah merahmati orang yang tahu posisinya. Ada di mana positioning dalam hidup itu penting. Positioning dalam hidup itu penting. Bukankah banyak di antara kita suka sepak bola dan pemain sejago apapun tidak akan terlihat kelasnya kalau dia salah dalam menempatkan dirinya di posisi tertentu. Apabila kiper terbaik di dunia, dia maju bersama dengan strikernya, bahkan akan ada blunder besar dan timnya tidak akan menang posisi itu. Penting sobat sekalian bukan hanya talenta, bukan hanya kecerdasan, bukan saja kepintaran. Posisi itu penting, dan posisi kita di dunia ini adalah makhluk yang banyak masalah itu tidak boleh kita lupakan. Posisi kita di dunia ini adalah hamba yang berhadapan dengan masalah, masalah, masalah, dan masalah. Kuncinya ada pada Allah. “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan berikan jalan keluar bagi masalahnya dan Allah akan berikan rezeki dari arah yang tidak ia duga-duga.” Maka bersikaplah sebagai hamba yang punya banyak masalah dan butuh diurai oleh Rabbul ’Alamin. Butuh diurai oleh Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Jangan sampai kita adalah makhluk yang penuh masalah, tapi bersikap seolah-olah tidak ada masalah di dalam kehidupan kita. Itu adalah sebuah upaya lari dari kenyataan. Itu halu.
Tidak bisa kita hindari yang bisa adalah kita hadapi dengan ketakwaan dan bukankah kita butuh rezeki. Takwa adalah solusi dari rezeki “dan Allah akan berikan rezeki dari arah yang tidak kita duga-duga.”
Bukankah itu yang kita inginkan rezeki dari arah yang tidak diduga-duga?
Bukankah banyak orang yang mengalami overthinking pada hari ini. Bukankah ayat ini solusinya apabila kita bertakwa kepada Allah SWT. Allah akan berikan kita rezeki dari arah yang tidak kita duga-duga. Bukankah nabi kita bersabda, “Apabila kalian bertakwa dan bertawakal kepada Allah SWT, dengan sebenar-benarnya tawakal dan sifat orang bertakwa, bertawakal kepada Allah, kami pasti akan berikan kalian seperti seekor burung. Burung di pagi hari keluar kondisi perut lapar, lalu ia pulang di sore hari dalam kondisi perut kenyang dan bisa memberikan makanan kepada anak-anaknya di sarangnya.
Mari kita bertasbih kepada Allah SWT, seperti burung berzikir kepada Allah SWT, dan Nabi SAW mengatakan kalau kalian benar-benar bertakwa dan bertawakal Allah akan kasih rezeki sebagaimana Allah berikan rezeki kepada seekor burung.
Ada banyak orang bekerja sampai jam 9 malam tidak mendapatkan hasil. Dia tidak bisa mendapatkan kebutuhannya dan kebutuhan anak-anaknya. Burung tidak terbang sampai malam. Nabi SAW mengatakan burung pulang dalam kondisi kenyang dan memenuhi seluruh kebutuhan orang rumah atau kebutuhan anggota keluarganya di waktu sore. Kenapa demikian? Padahal burung tidak sekolah. Padahal Allah SWT memberikan burung sebuah kelebihan, yang kalau kita bandingkan dengan kelebihan yang Allah berikan kepada kita, maka manusia akan mengatakan bahwa dirinya lebih baik daripada burung. Allah telah ciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan. Tapi yang membedakan manusia bermaksiat dan burung tidak bermaksiat. Manusia cerdas tapi ia lupa bertawakal. Burung tidak lupa bertawakal.
Manusia pintar dan sekolah tinggi-tinggi tapi tidak bertakwa kepada Allah dan burung bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan apa yang Allah ciptakan kepada dirinya.
Oleh karena itu kita yang butuh solusi kita yang butuh rezeki maka solusinya adalah ketakwaan dan Allah lanjutkan ke dalam ayat berikutnya, “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan mudahkan segala urusannya.”
Sekali lagi hidup ini adalah urusan demi urusan, masalah demi masalah, dan kita butuh dipermudah oleh Allah SWT. Kita butuh dipermudah oleh Allah SWT dan Allah janjikan yang Allah permudah adalah orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT.
Barang siapa yang bertakwa, Allah akan mudahkan urusannya, urusan di rumah tangga, Allah permudah urusan dengan anaknya, dipermudah urusan dengan istrinya, dipermudah urusan dengan orang tua, dipermudah orang urusan dengan kakak atau adik kita, dipermudah urusan dengan mertua, dipermudah urusan bisnis kita, dipermudah urusan kantor kita, dipermudah urusan dengan klien kita.
Sudahkah kita shalat sebagaimana Nabi SAW. Jika ada masalah salat rakatain. Beliau salat dua raka;at dan Allah urai setiap masalahnya.
Sebenarnya yang jadi masalah seringkali, bukan ide, bukan kecerdasan, bukan kepintaran. Yang jadi masalah adalah kita lupa bertawakal dan bertakwa kepada Allah SWT.
Yang digaransi oleh Allah adalah yang bertakwa “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah Allah akan mudahkan segala urusannya.”
Mari kembali kita bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang Allah berikan kepada kita.
Bukankah selama ini kita diberikan solusi?
Padahal kalau kita boleh jujur memangnya kita sudah bertakwa dengan benar-benar kepada Allah SWT? Bukankah selama ini kita tetap diberi rezeki oleh Allah SWT dan kalau kita jujur kita jauh dari kata ketakwaan kepada Allah SWT. Bukankah ketika kita maksiat Allah kasih rezeki kepada kita? Bukankah ketika ada orang bermaksiat Allah tetap kasih rezeki?
Sadar tidak itu rezeki dari siapa kalau bukan dari Allah SWT?
Mari kita berpikir sekali lagi karunia Allah kepada kita jauh lebih besar dari itu? Bukankah sekali lagi Allah selesaikan masalah kita?
Kalau kita jujur, berapa sering shalat kita terlambat. Shalat kita tidak di awal waktu, Shalat kita juga tidak khusyuk. Kita tidak pernah baca zikir pagi dan petang.
Tapi masalah pada pagi itu atau siang itu dimudahkan oleh Allah SWT.
Padahal kita tidak atau kita belum mewujudkan syarat yang Allah tetapkan tapi Allah tetap kasih kepada kita. Bukankah hal ini harusnya menggugah orang yang punya hati nurani. Anggaplah kita belum jadi orang bertakwa. Apakah kita tidak punya hati nurani Allah kasih kita banyak hal.
Bayangkan tidak ada yang punya uang pada hari ini karena kita belum bertakwa kepada Allah dengan sebenarnya takwa. Mungkin hari ini semua masalah kita berantakan. Dan mungkin kita divorce atau cerai dengan istri kita Minggu lalu atau du minggu yang lalu karena kita belum bertakwa kepada Allah, dan istri kita pun belum bertakwa kepada Allah.
Coba kita jujur rumah tangga kita dijaga oleh Allah anak-anak kita tidak terkena perguran bebas atau tidak terkena berbagai macam obat-obat terlarang. Apakah kita sebagai orang tua bertakwa kepada Allah? Apakah kita sebagai orang sudah menunaikan hak Allah SWT?
Coba mari kita jujur kalau kita sekali .
Pantaskah Rabb kita yang sudah begitu baiknya kepada kita kembali kita perlakukan dengan maksiat, maksiat, maksiat, dan maksiat.
Walaupun Allah tidak ada masalah, tidak pernah mengalami masalah dengan maksiat kita. Bukankah Allah SWT mengatakan “Apabila seluruh manusia dan seluruh jin dari yang pertama sampai yang terakhir semuanya durhaka kepada Allah dengan durhaka yang paling parah yang pernah ada itu tidak mengurangi kekuasaan dan kehebatan Allah SWT.”
Pantaskah kita? Bukankah kalau manusia saja selama ini baik dengan kita, selama ini men-support kita, selama ini membayarkan kita makan siang, makan malam atau sarapan, lalu ketika dia minta sesuatu kepada kita kita tidak kuasa untuk mengatakan tidak. Kenapa? Karena dia sudah baik sama kita.
Kenapa kalau manusia kita tidak bisa mengatakann tidak, tapi kalau Allah yang memerintah jawaban kita tidak nanti dulu, entar, saya pikirkan dulu.
Kemana Iman atau kemana hati nurani? Kemana logika berpikir ilmiah? Kemana konsistensi?
Kenapa kalau manusia kita tidak enakan tapi kalau Allah enak kita bermaksiat kepada-Nya? Enak kita melawan perintahnya. Enak kita anggurkan arahan dan konsepnya.
Apakah Allah benar-benar rendah di hadapan kita? Apakah teman kita atau sahabat kita yang kita punya hutang budi kepada dia itu lebih tinggi kedudukannya di hadapan Rabbil ‘Alamin?
Mana hati nurani kita? Kalau kita belum, kalau kita tidak bisa diketuk dari pintu ketakwaan, kita tidak bisa diketuk juga dengan pintu hati nurani? Apa yang apa yang sudah kita lakukan untuk Rabbil ‘Alamin yang memberikan kita jantung? Siapa di antara kita yang pernah bisa bayar harga jantungnya yang terus berdetak dari hari pertama sampai hari ini? Apa yang sudah kita lakukan ketika Allah memberikan kita aliran darah yang lancar yang kalau Allah sumbat saja kita harus keluarkan ratusan juta untuk pasang ring.
Sobat sekalian ada ratusan atau ada miliaran setiap hari yang Allah kasih kepada kita tapi saking Allah SWT Maha Baik, Maha Latif, Maha lembut.
Kita jadi lupa dengan kenikmatan Allah SWT.
Oleh karena ingatlah ketika bertakwa Allah, kita ingin diampuni kesalahan-kesalahan kita, Allah ampuni kelalaian kita ketika kita lalai bersyukur kepada Allah.
Kita, ketika kita lalai membalas segala kebaikan Allah SWT itu kita harapkan sekali lagi Allah berinteraksi dengan kita.
Buktinya apa? Buktinya ada banyak di antara kita lupa berdoa, tapi Allah urai masalahnya. Ada banyak di antara kita lupa beribadah di hari itu, Allah lancarkan urusannya. Ada di antara kita lupa zikir pagi petang misalnya, tapi Allah lancarkan urusannya.
Apa yang harusnya kita lakukan kepada Rabb yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tersebut? Bukankah nanti kita akan meniti sirat ataujembatan yang sangat-sangat tipis dan di bawah kita ada api neraka yang sangat pedih.
Sobat, hidup akan berakhir dan hisab akan menunggu kita. Hari ini adalah hari beramal. Hari ini adalah hari bersyukur. Hari ini adalah hari menggunakan hati nurani. Hari ini adalah hari dimana kita menentukan di mana kita berdiri esok. Adalah hari kebangkitan dan hari hisab bukan? Hari interogasi Allah, akan tanya kita ilmu kita kita pakai buat apa? Allah akan tanya umur kita usia kita. Waktu kita kita akan ditanya setiap detik-detik waktu kita untuk apa engkau gunakan waktu tersebut.
Maka hendaknya kita bersikap dengan benar dan kita tahu di hadapan Rabb, kita hamba yang tidak punya apa-apa sama sekali.
Kita belum bertakwa saja Allah sudah kasih. Kita belum bertakwa yang benar saja Allah sudah lancarkan urusan kita. Maka marilah kita gunakan hati nurani kita lalu kembali kepada Allah dengan istighfar dan taubat kita.
Dan semoga Allah SWT ampuni kesalahan kita dan memberikan taufik untuk menjadi hamba yang bertakwa.
Semoga bermanfaat.