Perantau, sebuah istilah yang kerap kali menggema dalam budaya Indonesia. Mengapa? Karena perantauan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan kehidupan masyarakat Indonesia. Sudah sejak zaman dahulu, orang-orang Indonesia merantau mencari kehidupan yang lebih baik, mengejar impian, dan mengembangkan potensi diri. Pulanglah, setelah kau merantau, kata-kata ini menyiratkan makna yang dalam. Pulanglah, bangunlah kampungmu, kontribusikanlah apa yang kau dapat dari rantau: ilmu, pengetahuan, pengalaman, jaringan, keahlian, pertemanan. Ini adalah panggilan untuk kembali dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan kampung halaman.
Mengapa orang perantau cenderung lebih sukses daripada orang lokal? Ini pertanyaan yang sering kali muncul. Afuadi, seorang penulis asal Sumatera Barat, dalam bukunya “Rantau Satu Muara”, menyebut lima penyebab utama.
Pertama, perantau harus mandiri. Mereka harus mengembangkan potensi diri untuk bertahan hidup di tengah-tengah perantauan. Mandiri adalah kunci utama, karena di rantau, tidak ada yang bisa bergantung pada orang lain.
Kedua, perantau memiliki relasi yang lebih luas. Merantau membuka kesempatan untuk berkenalan dengan berbagai orang dari latar belakang yang berbeda, memperluas jaringan, dan menciptakan peluang baru.
Ketiga, merantau memperkaya pengalaman. Terjun ke lingkungan baru, menghadapi berbagai tantangan, dan mengeksplorasi hal-hal baru adalah bagian dari perjalanan merantau yang memperkaya pengalaman hidup seseorang.
Keempat, merantau mendorong untuk terjun ke bidang-bidang baru. Keterpaksaan untuk mencoba hal-hal baru seringkali menjadi pemicu untuk mengembangkan keahlian dan kemampuan yang sebelumnya tidak terpikirkan. Inilah yang membuat perantau memiliki keunggulan dalam berbagai bidang.
Kelima, merantau membuat seseorang dewasa dalam berpikir. Menghadapi masalah, mencari solusi, dan bertanggung jawab atas diri sendiri adalah bagian dari proses pembelajaran yang dialami oleh setiap perantau.
Namun, kesuksesan yang didapat dari merantau seharusnya tidak berhenti pada diri sendiri. Pulanglah, bangunlah kampungmu, kontribusikanlah apa yang kau dapat dari rantau. Ini adalah panggilan untuk kembali dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan kampung halaman.
Pulang bukan berarti hanya secara fisik kembali ke kampung halaman, tetapi juga untuk memberikan kontribusi nyata. Katakan saya membawa pulang pengalaman, pengetahuan, dan jaringan yang saya dapatkan selama merantau. Saya ingin mengkontribusikan semua itu untuk kemajuan kampung halaman saya. Saya percaya bahwa saya bisa berperan dalam menginspirasi generasi muda, membantu UMKM lokal, mendukung pengembangan potensi daerah, dan berbagai hal lainnya yang dapat membawa kemajuan bagi kampung halaman.
Selalu yakinkan diri dengan kata-kata saya tidak ingin menjadi perantau yang hanya meraih kesuksesan untuk diri sendiri. Saya ingin menjadi bagian dari perubahan positif untuk masyarakat di mana saya dilahirkan dan dibesarkan. Saya yakin, dengan menghadirkan pengalaman, pengetahuan, dan semangat yang saya miliki, saya dapat berkontribusi dalam membangun kampung halaman menjadi lebih baik.
Jadi, mari kita pulang setelah merantau. Mari kita bangun kembali kampung halaman kita. Mari kita kontribusikan apa yang kita dapat dari merantau: ilmu, pengalaman, jaringan, keahlian, dan pertemanan. Bersama-sama, kita dapat menciptakan perubahan positif dan membawa kemajuan bagi kampung halaman kita. Pulanglah, bangunlah kampungmu, kontribusikanlah apa yang kau dapat dari rantau. Inilah panggilan untuk kembali dan membawa perubahan. Mari kita bergandengan tangan dan berjuang bersama untuk masa depan yang lebih baik bagi kampung halaman kita.