Sosok Hantu Bernama “BANSOS”

Sosok Hantu  Bernama “BANSOS”

Pernah dengar Mansa Musa?

Dia adalah orang terkaya sepanjang masa yang merupakan penguasa Afrika Barat di abad ke-14. Musa menjadi penguasa Kekaisaran Mali pada tahun 1312. Dia naik tahta setelah pendahulunya, Abu-Bakr II, hilang dalam perjalanan yang dia tempuh melalui laut di Samudra Atlantik.

Pemerintahan Musa datang pada saat negara-negara Eropa sedang berjuang karena perang saudara yang berkecamuk dan kurangnya sumber daya. Selama periode itu, Kekaisaran Mali berkembang berkat sumber daya alam yang melimpah seperti emas dan garam.

Di bawah pemerintahan Musa, kawasan kekuasaannya makmur dan tumbuh hingga menjangkau sebagian besar Afrika Barat. Wilayah kekuasaan terdiri dari pantai Atlantik hingga pusat perdagangan pedalaman Timbuktu dan sebagian Gurun Sahara.

Musa merupakan seorang Muslim yang taat. Dia pernah melakukan perjalanan ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Dia berlayar sekitar 4.000 mil bersama 60.000 rombongannya yang terdiri dari tentara dan budak. Rombongan itu membawa ratusan pon emas yang diangkat menggunakan unta

Dalam perjalanan itu rombongan Musa menjadi tontonan untuk setiap wilayah yang dilaluinya. Bahkan sosoknya menjadi tersohor di Mesir selama lebih dari satu dekade.

Sesampainya di Kairo, Musa bertemu dengan penguasa Kairo, al-Malik al-Nasir. Menurut teks-teks dari sejarawan kuno Shihab al-Umari, Musa disambut di Kairo oleh bawahan al-Nasir, yang mengundangnya untuk bertemu dengan sesama raja. Musa menolak proposisi sambutan mewah itu dan mengatakan bahwa dia hanya numpang lewat dalam perjalanan haji ke Mekah.

Salah satu alasan Musa menolak adalah karena dia diharuskan tunduk dan mencium kaki sultan. Dia memilih untuk menyapa al-Nasir dengan layak dalam pandangannya. Dalam percakapan keduanya al-Nasir menawarkan penginapan kepada Musa dan semua orang yang menemaninya. Namun Musa menolak dan justru meninggalkan sebagian hartanya di sana.

Saat melalui Kairo dari pusat kerajaan hingga kawasan pemukiman miskin, Musa menebar hartanya berupa emas dengan membeli barang-barang asing. Hal itulah yang membuat dia begitu terkenal dan dihargai.

Meskipun bermaksud baik, pemberian emas Musa sebenarnya menurunkan nilai logam di Mesir, dan perekonomian kerajaan mengalami pukulan besar. Butuh waktu 12 tahun bagi ekonomi Mesir untuk pulih.

Dalam perjalanan pulang dari Tanah Suci, Mansa Musa coba membantu ekonomi Mesir yang anjlok ‘gara-gara’ dia. Mansa Musa mengambil kembali emas di peredaran dan meminjamnya dengan bunga tinggi.

Apa hubungannya Mansa Musa dengan Bansos?

Bansos. Adalah program ‘tergila’ sepanjang berdirinya Republik Indonesia ini, program yang paling ngeri menurut saya sepanjang sejarah kita itu adalah apa yang namanya Bansos. Nilainya nggak main-main 496 triliun, guys. Gila gak? Ini hampir 500 triliun duit turun dari langit masuk ke perekonomian Indonesia yang diharapkan bisa menyelamatkan ekonomi Indonesia. Tapi saya tidak setuju. Menurut saya ini sangat berbahaya. Karena uang 500 triliun itu bisa jadi apa ya kalau kita pakai dengan benar? Ya dibandingkan dengan hanya untuk Bansos.

Dan jangan dikira Bansos itu gratis ya buat teman-teman, apalagi yang nggak dapat Bansos, duduk-duduk santai aja di rumah dan Kamu kira itu nggak berdampak sama kamu. Salah total!!! Kenapa? Karena Bansos itu akan membunuh kamu. Karena dia berbahaya sebetulnya untuk perekonomian negara Indonesia apalagi kalau Bansos ini nggak tepat sasaran, guys. Kalau dia tidak cepat sasaran dampaknya sangat fatal bagi usaha kamu dan bagi perekonomian Indonesia.

So, kalau kamu penasaran baca artikel ini sampai tuntas.

Saya nyatakan dulu nih sebelumnya bahwa di sini ita bahas berdasarkan data dan fakta kenapa Bansos itu berbahaya dan kenapa Bansos akan membunuh kamu.

Orang banyak yang bilang happy, santai-santai aja soal Bansos. Dapat duit turun dari langit. Apakah itu betul? Jawabannya tidak! Dan itu sangat-sangat fatal dan berbahaya.

Menurut saya mayoritas orang Indonesia itu kalau dikasih Bansos kayak mendadak lebih suka menerima gitu. Jadi kayak mendadak mengaku miskin saja gitu semuanya. Jadi itu kurang efektif, kurang mentrigger masyarakat supaya untuk bekerja. Jadi seharusnya bantuan itu lebih bagus dikasih pendidikan atau skill, kasih keterampilan.

Sebenarnya banyak di luar sana saya melihat sebetulnya banyak yang tidak setuju dengan Bansos. Tapi kemudian kenapa Bansos ini terus-menerus diedarkan dan bahkan hari ini di tahun 2024 itu ditargetkan bisa sampai 500 triliun, bahkan lebih.

Saya betul-betul nggak sepakat dengan itu dan saya akan kasih tahu alasannya berdasarkan data dan fakta.

Yang pertama; Bansos itu 2024 itu ditargetkan sekitar 496 triliun atau bahkan lebih artinya bisa lebih dari setengah kuadriliun dan yang kedua terbesar sepanjang sejarah.

Kenapa terbesar sepanjang sejarah? Pemerintah Indonesia pernah memberikan bansos, salah satu yang paling besar di tahun 2014, itu nilainya hampir 500 triliun juga. Lalu kemudian tahun 2015 turun, menjadi hampir 300 triliun dan tahun 2016 sekitaran 200an triliun.

Tapi kemudian ini meloncat tinggi nih. Tahun 2019 lalu, lagi-lagi nih jumlahnya hampir 500 triliun. Sekarang di tahun 2024 kita mau kasih lagi Bansos yang bahkan jumlahnya lebih besar dibanding tahun 2019-2020.

Kalau dipikir bagus atau nggak sih sebetulnya Bansos itu?

Ya orang-orang pada bilang di luar sana, Bansos itu bagus untuk meringankan biaya hidup saat inflas. Barang-barang pada naik jadi orang harus dikasih Bansos. Biar mereka bisa jajan, bisa beli makan. Kelihatannya idealis dan bagus banget ya. Tapi percaya nggak teman-teman itu sebetulnya berdampak buruk buat perekonomian.

Saya mau bicara adalah soal ekonomi makro. Kelangkaan beras yang terjadi hari ini, sudah diprediksi dari sejak 2 tahun lalu. Hari ini jadi kenyataan, harga beras naik tinggi dan beberapa komoditas lain yang kemungkinan akan segera menyusul. Lalu kemudian negara impor jutaan ton beras. Kamu sadar nggak? Kok negara sudah impor jutaan ton harganya makin lama makin mahal? Kok nggak jadi makin murah? Malah makin naik terus nih. Belakangan ini seolah-olah nggak mampu tuh kita impor. Sebanyak apapun nggak turun-turun harga beras.

Inilah bahaya Bansos. Salah satu bagian penting dalam makro ekonomi adalah melihat tingkat pertumbuhan penduduk, melihat tingkat pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana tingkat pertumbuhan inflasi yang terjadi di negara itu. Pada kasus ini, alasan saya nggak sepakat ketika ada seorang bilang begini, “Program Bansos ini sudah berjalan lama dan tentu sudah diprogramkan oleh Bu Mensos dan Bapak Presiden. Dan kita tidak perlu ribut soal Bansos ini. Kenapa? Karena intervensi pasar murah atau Bansos ini pada saat covid-19 pun memang sudah dilakukan sama mereka dan nggak ada yang yang ribut. Percayalah kebijakan ini memang diambil untuk melayani masyarakat yang belum mampu.”

Saya tidak sepakat. Karena inflasi itu bisa terjadi pada umumnya karena dua hal. Satu, harga barang yang terus-menerus naik. Kenapa harga barang bisa terus menaik? Karena terjadi masalah di proses produksinya. Input costnya tinggi. Jadi ketika ada suatu masalah di dalam proses produksi akibatnya produksi tidak lagi efisien. Lalu harga barang kemudian jadi naik. Itulah salah satu penyebab terjadinya inflasi.

Biaya input cost jadi ini tinggi kita sebut ini sebagai cost-push inflation. Nah ketika biaya produksi itu semakin tinggi, proses produksi barang dan jasa tidak efisien. Akibatnya apa terjadi namanya cost-push inflation atau inflasi yang dipicu karena proses produksinya yang berbiaya tinggi, tidak efisien.

Yang kedua ada kemungkinan juga terjadi inflasi dan seringkali terjadi karena terjadi banjir uang. Suplai uang itu terlalu banyak dan uang ini memperebutkan barang yang sama, bahkan kemudian bisa jadi barangnya itu langka.

Bayangkan ketika demand terhadap barang sementara suplainya terganggu karena El Nino, atau proses produksi beras terganggu karena langkanya pupuk. Proses produksi beras terganggu artinya suplai beras itu makin lama makin turun makin turun, sementara uang demand itu plus, ditambah lagi Bansos untuk memperebutkan barang yang udah semakin sedikit. Apa yang terjadi? Semakin tinggi.

Kalian merasa nggak sih? Walaupun Bansos sudah ratusan bahkan ribuan triliun dalam 5 tahun terakhir ini, kok harga barang nggak makin murah tapi harga barang makin mahal?

Sekarang saya kasih tahu jawabannya. Ketika Bansos itu turun yang terjadi orang berebutan untuk beli sumber bahan baku makanan produksi yang sama. Ya, beras itu sendiri, dan yang lain sebagainya. Orang juga tambah rebutan karena tiba-tiba pegang duit. Apa yang terjadi? Dia belanja. Bagus nggak bagus buat pedagang kecil? Mungkin ada yang happy buat teman-teman yang jadi distributor, juga mungkin ada yang happy, tapi ingat akan terjadi perebutan terhadap sumber daya alam ( dalam hal ini sembako )

Tiba-tiba orang mendadak pegang duit ya kelihatannya bagus dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang? Apa yang terjadi ketika orang kalangan bawah ini yang terima Bansos. Mereka yang katanya 80 juta orang itu tiba-tiba pegang duit. Kemudian apa yang mereka lakukan? Mereka belanja makanan. Sementara suplainya sedikit nih. Beras-beras yang murah, minyak goreng yang murah itu juga suplainya sedikit. Mereka borong barang ini habis. Jadi langka tapi mereka masih pegang duit. Mereka harus konsumsi terus untuk hidup. Apa yang terjadi dengan duit itu? Mereka up consume, mereka belanja masuk kebutuhan kalangan menenga. Akibatnya apa? Sekarang kalangan bawah dan kalangan menengah itu berebutan juga untuk mengkonsumsi sumber daya yang sama. Faktanya aja begini Pertalite produk subsidi untuk orang miskin, yang banyak pakai siapa? Ya kalangan menengah. Mereka ini sudah mulai konsumsi turun ke bawah, bahkan sampai banyak orang yang rela modifikasi mobilnya. Mobil mewah harusnya pakai Dexlite tapi kemudian dimodifikasi supaya bisa pakai solar yang murah. Jadi mereka pun akhirnya mengkonsumsi barang yang seharusnya kelas bawah.

Ini terjadi dan kenyataan akibatnya sumber daya bertarung antara kalangan bawah dan kalangan menengah. Merasa tiba-tiba pegang uang, kalangan bawah berebutan beli sumber daya yang ada di kalangan menengah. Pasti kalah dong. Coba bayangkan, kalangan menengah suruh battle fight rebut Bansos 500 triliun. Kalah nggak? Ya kalah. Siapa bisa menang lawan negara? Akibatnya kalangan menengah terpaksa naik level. Dia mau beli barang, dia mau beli jasa atau dalam kasus ini beras akibatnya dia harus beli yang kalangan atas. Masuklah beras premium. Terjadi lagi kompetisi kalangan menengah dan kalangan atas, rebutan belanja beras premium. Bukan karena kalangan menengah pengin beli belas premium itu, tapi karena sudah terjadi tekanan dari bawah. Terjadi kompetisi untuk memperebutkan barang dan jasa yang sama. Akibatnya apa? harga beras premium makin tinggi diperebutkan oleh kalangan menengah dan kalangan atas. Harga beras murah menghilang dari pasar, akibatnya orang rebutan beras yang kualitas menengah juga. Jadi karena tiba-tiba orang mendadak pegang duit, siap-siap akan terjadi inflasi massal.

Kelihatannya ini hal yang remeh-temeh tapi kalau kita lihat dampaknya dalam jangka panjang itu fatal. Tahu nggak dalam 10 tahun terakhir inflasi di Indonesia itu rate-nya itu sudah besar sebetulnya dan kita bisa lihat apa yang terjadi ketika inflasi besar? Indonesia ini nilai mata uangnya akan semakin melemah dan terbukti 10 tahun yang lalu tahun 2014 nilai tukar Rupiah, 1 dolar itu Rp11.000 dan tahun ini 1 dolar nilainya Rp.15.600. Artinya uang  rupiah ini makin lama makin melemah setiap tahun berjalan. Semakin lemah ini sesuai nggak dengan teori makro ekonomi? Ketika suplai uang semakin banyak turun dari langit, ya sudah pasti mata uangnya akan semakin melemah dan ini terbukti. Jangan kaget kalau seandainya uang subsidi ini bukan hanya setengah kuadtriliun yang ditabur, sampai 1 Kuadtriliun mungkin karena Pemilu bakal terjadi dua babak, ya siap-siap aja ya, inflasi itu bakal nggak ketolongan.

Ini menurut saya ngeri banget. Jadi jangan santai-santai . Apalagi yang paling bahaya inflasi itu seperti pajak tapi bedanya tidak melalui proses legislasi, makanya orang suka bilang inflation is taxation without representation. Kenapa? Karena nilai uang kita semakin melemah.  Tadinya 10 ribu bisa beli satu ayam pakai nasi sekarang kamu harus bayar 15 ribu untuk beli satu ayam dan nasi yang sama. Ngeri. Uang kamu makin lama makin nggak berarti nih. Siapa bisa lawan duit 500 triliun ini? Ngeri.

Ada yang bilang, “Nggak apa-apa, buktinya kemarin tuh pas covid tahun 2020 pemerintah juga ngedropin duit nilainya hampir 500 triliun, gak apa-apa tuh perekonomian kita.”

Tunggu dulu, bro.

Tahu apa yang terjadi di tahun 2020 itu terjadi covid-19, yang terjadi adalah kondisi Indonesia pada saat itu bukan inflasi tapi deflasi. Artinya apa? Uang itu hampir menghilang dari perekonomian karena semua orang kekep duit jadi yang terjadi adalah deflasi.

Ini fakta ya.

Kita lihat berita yang terjadi di mulai bulan Juni 2020, perekonomian Indonesia deflasi. Ketika saat itu uang Bansos turun 500 triliun masuk akal sekali, sebab ekonomi jadi hidup. Tapi sekarang posisi Indonesia itu bukan deflasi, posisi Indonesia sekarang adalah inflasi, dan siap-siap inflasi sudah pasti akan terjadi.

Contoh kasus; karena sekarang ini kondisinya caleg-caleg lagi banyak, di daerah-daerah mereka gadai rumah, gadai mobil, gadai jati diri, yang penting menang. Mereka bagi-bagi duit, mereka bagi-bagi sembako dan lain sebagainya. Perekonomian jadi hidup, inflasi jadi jalan tuh, eh tiba-tiba harus melawan Bansos 500 triliun. Banjirlah duit di masyarakat. Orang pada bilang bagus Bansos ini buat melawan inflasi. Harga makin mahal. Bansos jadi ini juru selamat nih.

Salah besar. Bansos benar turun, tapi harga tidak akan turun. Percayalah, kita akan saksikan sendiri yang terjadi, begitu Bansos turun apa harga makin naik terus rakyat makin susah lagi. Oleh karena harga makin naik, apa yang terjadi? Akan turun lagi Bansos supaya bisa belanja.

Kita tidak bisa cuma duduk santai melihat fenomena Bansos itu yang tiba-tiba tiba makin sering terjadi dan menurut saya itu berbahaya. Data sudah menunjukkan ya Bansos itu boleh tapi ketika perekonomian sedang deflasi. Saat ini Indonesia posisi sedang inflasi dan harus siap bakal dapat gempuran lagi inflasi tertinggi sepanjang sejarah kalau seandainya Pemilu ini sampai dua putaran. Pahamilah berbagai alasan kenapa Bansos itu sebetulnya berbahaya dari segi makro ekonomi.

Ada satu lagi hal yang harusnya tidak saya bahas. Tapi biar kita paham. Apa itu?

Bansos itu sumbernya dari mana? Ngeri. Bansos itu duitnya sebenarnya bukan turun dari langit. Bansos itu duitnya berasal dari pajak. Jjadi duit siapa? Duit kita! Lalu turun terus dibagi-bagi ke orang. Yang lebih parah lagi ternyata APBN kita juga tidak cukup buat Bansos.

Apa yang dilakukan oleh negara? Berhutang.

Menghutang uang buat dibagi-bagi, ujung-ujungnya apa? Bikin inflasi juga.

Saya jelas posisinya anti Bansos.

Namun Bansos sebetulnya programnya siapa? Siapa yang bikin APBN itu?

Ya pemerintah dan partai-partai politik.

Jadi kalau ada partai yang bilang anti Bansos, ada yang pro Bansos, ada yang waspada Bansos, segala macam ini saya bilang seolah-olah mereka itu berantem di atas. Nyatanya semua salam-salaman dan ngopi-ngopi bareng. Bansos yang diperdebatkan saat pilpres ini pun sebetulnya udah disetujuin oleh para bos-bos partai. Jadi saya bilang ini bukan salah Sri Mulyani. Ibu menteri keuangan itu cuma eksekutor. Dia melaksanakan saja, Sebenarnya udah diatur nih dalam meeting-meetingnya anggota DPR. Jadi sebetulnya siapa sih yang sebenarnya diuntungkan dengan Bansos ini? Menurut saya bukan Sri Mulyani.

Jadi sebetulnya kalau orang mempermasalahkannya kepada Sri Mulyani, saya tahu banyak menteri juga yang sebetulnya yang salah, bukan Sri Mulyani. Kenapa ini persetujuannya ditandatangani bareng-bareng sama anggota DPR dengan partai-partai politik? Jadi ini dilemanya. ya pemilih 2024 ini ya

Tapi ya sudahlah. Siapa pun presiden yang terpilih semoga bisa lakukan yang terbaik buat bangsa ini.

Dan tolong segera ditinjau kembali tentang Bansos 500 triliun ini sebenarnya penting-penting banget atau nggak sih?

Indonesia bukan dalam posisi kebanyakan uang. Indonesia dalam posisi defisit anggaran, makanya hutangnya nambah terus, kenapa tiba-tiba jadi ditaruh buat bansos-bansos yang nggak jelas. Yang ujung-ujungnya malah menjerumuskan perekonomian Indonesia. Seperti kisah Mansa Musa di awal tulisan ini.

Jadi dari situ kita bisa lihat Bansos itu mengajarkan apa? Bansos kalau dilakukan dengan terukur dengan orang-orang yang jelas dengan target yang jelas, itu adalah hal yang baik dan bahkan bisa membangkitkan perekonomian negara. Namun kalau Bansos membabi buta dengan jumlah yang fantastis dilakukan bertahun-tahun akibatnya akan buruk bagi perekonomian.

Semoga kita bisa ambil pelajaran nih dari kisah orang terkaya di kolong langit yang namanya Nansa Musa. Bagaimana program bagi-bagi emas dia itu ternyata memberikan kiamat bagi perekonomian negara dan kota-kota yang dilalui oleh Mansa Musa. Semoga Indonesia tidak jadi seperti itu karena dampaknya bisa sangat parah bukan hanya 1-2 tahun.

Sadarlah, 10 tahun ini yang terjadi nilai rupiah hancur dari 11.000 sekarang ke 15.600 jangan sampai ini naik lagi jadi 30.000.

Siapa yang mau ingat bahaya ini?

Semoga siapapun yang jadi presiden nanti, tolong direvisi dan ditinjau kembali program Bansos ini. Lebih baik kita menggunakan Bansos itu buat hal yang produktif bukan untuk hal yang konsumtif. Sekali lagi tolong Bansos ini direvisi karena data menunjukkan apa Bansos itu baik kalau Indonesia sedang deflasi tapi kalau sedang inflasi  harus hati-hati.

Jangan jadikan Bansos ini sebagai pembunuh banyak rakyat Indonesia.

Yang tidak dapat Bansos itu ratusan juta orang ya. Mereka harus fight dengan duit 500 triliun. Siapa yang bisa kuat?

Hati-hati ya teman-teman.

Semoga presiden yang paling bagus akan terpilih dan akan memperbaiki perekonomian kita, membawa kita menjadi negara maju di dunia.

Salam bahagia, sehat, kaya berlimpah.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *